Hari Kusta Sedunia atau World Leprosy Day diperingati setiap bulan Januari.
Tahun ini, Hari Kusta Sedunia diperingati pada 25 Januari 2022
World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa peringatan Hari Kusta Sedunia dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap keberadaan penyakit kusta dan penderitanya.
Sementara itu, di Indonesia, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI turut serta dalam kampanye penyadaran kusta dalam peringatan Hari Kusta Sedunia 2022.
Dalam rangka memperingati Hari Kusta Sedunia 2022, Direktorat Jenderal Kesehatan dan Kesehatan mengajak masyarakat untuk mendukung penemuan kasus, pelacakan kontak dan pengobatan kusta hingga akhir untuk mencapai eliminasi kusta pada tahun 2024.
Apa Itu Kusta?
Sekretaris Kelompok Studi Morbus Hansen Indonesia (KSMHI) Perdoski, Dr Zunarsih Sp.KK mengatakan, kusta merupakan penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri kusta (Mycobacterium leprae).
Penyakit kusta ditularkan melalui saluran pernapasan. Gejala awal penyakit kusta ditandai dengan munculnya bintik-bintik merah atau putih pada kulit.
Jika tidak diobati, kusta dapat menyebabkan kecacatan, seringkali menyebabkan diskriminasi terhadap pasien dan keluarganya.
“Jika mereka tidak segera ditemukan dan diobati, mereka akan distigmatisasi dan didiskriminasi seumur hidup,” kata Zunarsih. “Kalau kondisi tangannya patah, sudah menerbangkan layang-layang, bagaimana dia bisa sekolah dengan baik? Bagaimana mereka bisa bekerja dengan baik ketika mereka dewasa?” dia menambahkan.
Sejarah Penyakit Kusta
Berdasarkan data dari WHO, penyakit kusta merupakan penyakit yang sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Hal ini diketahui dari literatur peradaban kuno.
WHO menyatakan bahwa sepanjang sejarah penderita kusta sering dikucilkan oleh masyarakat dan keluarganya. Dalam sejarah modern, bakteri penyebab penyakit ini, Mycobacterium leprae (M. leprae), ditemukan pada tahun 1873 oleh G.A.
Hansen, jadi kusta disebut juga penyakit Hansen. Terobosan pertama dalam pengobatan kusta datang pada tahun 1940-an dengan pengembangan obat dapson, yang dapat mengobati penyakit tersebut. Namun, lamanya pengobatan dapat berlangsung selama bertahun-tahun, dan seringkali seumur hidup, sehingga menyulitkan pasien untuk terus meminum obat.
Pada tahun 1960-an, bakteri M. leprae mulai mengembangkan resistensi terhadap dapson, satu-satunya obat kusta yang dikenal pada saat itu. Namun, belum lama ini ditemukan obat rifampisin dan klofazimin yang kemudian ditambahkan ke dalam regimen pengobatan kusta, yang kemudian diberi label multidrug therapy (MDT).
Pada tahun 1981, WHO merekomendasikan MDT untuk mengobati pasien kusta. Regimen MDT yang direkomendasikan saat ini terdiri dari dapson, rifampisin, dan klofazimin. Perawatan ini berlangsung enam bulan untuk pauci-bacillary dan 12 bulan untuk kasus multi-basiler. MDT telah terbukti membunuh patogen dan menyembuhkan pasien.
Gejala Penyakit Kusta
WHO menyatakan bahwa gejala penyakit kusta bisa muncul dalam waktu satu tahun, namun bisa juga memakan waktu hingga 20 tahun atau bahkan lebih lama untuk muncul gejalanya.
Masa inkubasi yang lama disebabkan oleh sifat bakteri M. leprae yang tergolong bakteri lambat tumbuh. Tanda-tanda klinis munculnya kusta cukup mudah diamati, seperti munculnya bintik-bintik pada kulit yang biasanya memiliki pigmentasi berbeda dari kulit normal di sekitarnya (kurang berpigmen, kemerahan atau tembaga).
Tambalan mungkin juga memiliki tekstur yang berbeda (datar, terangkat, atau nodular). Selain itu, bercak kulit bisa tunggal atau jamak dan dapat diikuti dengan hilangnya sensasi pada kulit.
Cara Penularan
Pada peluncuran WebMD, penularan kusta dapat terjadi ketika penderita kusta batuk atau bersin dan menyebarkan droplet yang mengandung bakteri M. leprae, yang dapat terhirup oleh orang lain.
Namun, penularan kusta hanya terjadi pada orang yang memiliki kontak fisik sangat dekat dengan penderita kusta. Penyakit ini tidak menyebar melalui kontak biasa dengan orang yang terinfeksi, seperti berjabat tangan, berpelukan, atau duduk di sebelahnya di bus atau di meja sambil makan.
Wanita hamil penderita kusta juga tidak dapat menularkan penyakit ini kepada bayi yang dikandungnya. Penyakit kusta juga tidak menular melalui hubungan seksual.
Kusta bisa disembuhkan Kusta bisa disembuhkan. Dalam dua dekade terakhir, 16 juta penderita kusta telah berhasil sembuh dari penyakit ini. Selain itu, WHO telah merawat semua penderita kusta secara gratis. Pengobatan penderita kusta tergantung dari jenis penyakit kusta yang diderita.
Antibiotik digunakan untuk mengobati infeksi. Dokter akan merekomendasikan pengobatan untuk jangka panjang, biasanya selama 6 bulan sampai satu tahun.
Twibbon Memperingati Hari Kusta Sedunia 2022
1. Twibbon Hari Kusta Sedunia [Download Disini]
2. Twibbon Hari Kusta Sedunia [Download Disini]
3. Twibbon Hari Kusta Sedunia [Download Disini]
4. Twibbon Hari Kusta Sedunia [Download Disini]
5. Twibbon Hari Kusta Sedunia [Download Disini]
6. Twibbon Hari Kusta Sedunia [Download Disini]